Redsobek – Alam Yamaloka : Pengadilan Orang Mati, Menurut ajaran agama Hindu alam Yamaloka disebut juga sebagai Alam Yama,. yakni dunia akhirat secara spiritual dikuasai oleh Bhatara Yama atau Dewa Yama atau juga Sang Hyang Yamadipati,. tempat dimana para roh diadili sesuai dengan karmawasana-nya semasa hidup dunia fana ini.
Pada Alam Yamaloka diputuskan kemana para roh melanjutkan perjalanan selanjutnya,. apakah ke alam surgaloka, siwaloka atau bereinkarnasi kembali ke bumi karena masih terikat dengan keinginan duniawi.
.
Baca Juga:
Yama Loka juga dikenal Pengadilan Orang Mati, dimana Dewa Yama sebagai hakim para arwah didampingi oleh menterinya Sang Chitragupta (Suratma) menentukan kemana sang roh akan menitis di tiga dunia.
Dalam Kitab Bhagavata Purana disebutkan Yama Loka terletak berdampingan dengan Neraka Loka, tempatnya di arah selatan alam semesta, di Petalaloka (dunia bawah).
Pada bait pertama Puja Trisandya juga disebutkan, jika alam semesta ini terdiri dari 3 alam semesta yang luas yakni alam Bhur (bawah), alam Bvah (tengah) dan alam Svah (atas).
Namun dalam keyakinan Bali, Yamaloka disimbolkan berada di Pura Prajapati yang pusatnya berada di Pura Dalem Puri Besakih.
Roh yang dapat melewati antarabhava dan kemudian perjalanannya ternyata masuk ke Yamaloka ini, akan melihat adanya aula super luas dan besar yang merupakan ruang tunggu yang disebut Bale Pengangen-angen.
Bale Pengangen-angen ini merupakan Aula luas dimana banyak sekali orang duduk menunggu reinkarnasi. Mereka yang duduk itu belum dikenali oleh Bhatara Kawitan karena belum disembah oleh keturunannya.
Tata cara pengaturan niskala di aula besar Bale Pengangen-angen ini merupakan antara roh yang satu dengan lainnya tidak dapat berkomunikasi sama lain.
Selain itu sang roh tidak akan dapat bertemu dengan orang yang dikenalnya seperti dalam masa kehidupan manusia saat di bumi.
Kemudian Chikrabala (Pasukan Anjing Neraka) membawa mereka ke ruang sidang untuk diadili.
Semua kesalahan dan semua kebaikannya semasa kehidupan manusia akan diuraikan.
Disini biasanya mereka yang dalam sifat avidya [kebodohan, ketidaktahuan] sering apa yang dia anggap baik dan benar semasa hidupnya ternyata adalah salah.
Karena yang berlaku disini adalah kebenaran kosmik yang universal, dan ditentukan perjalanan selanjutnya.
Ada juga roh yang ditugaskan untuk melakukan pelayanan kerja tertentu sesuai akumulasi karmanya sendiri.
Dia akan tinggal di sebuah rumah, dimana di alam ini ada pemukiman bagi para roh.
Serta ada juga Atma yang dikirim ke Narakaloka untuk menjalani hukuman sementara waktu, yang tujuannya untuk membersihkan karma-karma buruknya sebelum bereinkarnasi ke bumi, lalu roh akan dikembalikan lagi ke Yamaloka.
Misalkan sewaktu di alam bumi atau orang-orang menyebutnya alam marcepada suka mencuri, membunuh atau lainnya dan masuk penjara, menikmati hasil atau karma kejahatan yang dilakukan.
.
Apakah di alam Yamaloka atau akhirat akan mendapatkan karma kembali?
Semua akan diatur dengan adil tanpa berat sebelah oleh pengadil yakni Bhatara Yamaloka, karena pada alam semesta yang luas ini terdapat tiga jenis karmaphala yang mutlak,
Sancita Karmaphala : jenis phala/hasil yang diterima pada kehidupan sekarang atas perbuatannya di kehidupan sebelumnya.
Prarabdha Karmaphala : jenis perbuatan yang dilakukan pada kehidupan saat ini dan phalanya akan diterima pada kehidupan saat ini juga.
Kryamana Karmaphala : jenis perbuatan yang dilakukan pada kehidupan saat ini, namun phalanya akan dinikmati pada kehidupan yang akan datang.
Sesuai karmanya dalam ajaran Hindu semua orang pasti akan merasakan surga dan neraka di alam akhirat sebelum mereka bereinkarnasi, itulah konsep rwa bhinedha, tidak ada surga sejati, tidak ada neraka sejati, semua kesenangan dan derita yang kita rasakan di alam Yamaloka kelak adalah buah hasil dari karma kita.
Beberapa ayat atau sloka tentang karma:
Bhagawad Gita
“karmany evadhikaras te
ma phalesu kadacana
m4 karma-phala-hetur bhur
ma te sango ‘stv akarmani”
Artinya,
Engkau berhak melakukan tugas kewajibanmu yang telah ditetapkan, tetapi engkau tidak berhak atas hasil perbuatan. Jangan menganggap dirimu penyebab hasil kegiatanmu, dan jangan terikat pada kebiasaan tidak melakukan kewajibanmu.
Bhagawad Gita (II, 47)[1]
Sarasamuscaya
“Apan iking janma mangke, pagawayang subhasubhakarma juga ya, ikang ri pena
pabhuktyan karmaphala ika, kalinganya, ikang subhasubhakarma mangke ri pena ika an
kabukti phalanya, ri pegatni kabhuktyanya, mangjanma ta ya muwah, tumuta wasananing
karmaphala, wasana ngaraning sangakara, turahning ambematra, ya tinutning paribhasa,
swargacyuta, narakasyuta, kunang ikang subhasubhakarma ri pena, tan paphala ika,
matangnyan mangke juga pengponga subha asubhakarma”
Artinya,
Terlahir sebagai manusia adalah kesempatan untuk melakukan perbuatan bajik dan jahat,
yang hasilnya akan dinikmati di akherat. Apapun yang diperbuat dalam kehidupan ini
hasilnya akan dinikmati di akherat; setelah menikmati pahala akherat, lahirlah lagi ke
bumi. Di akherat tidak ada perbuatan apapun yang berpahala. Sesungguhnya hanya
perbuatan di bumi inilah yang paling menentukan.
Foto : Redsobek