Redsobek.com – Bhatara Hyang Guru dan Sanggah Kemulan, Sukses dengan pembahasan dari Perbedaan Pura Dadia, Paibon, Ibu dan Pura Panti,. Hari ini Redsobek membahas tentang Sanggah Kemulan atau Merajan atau Stana Bhatara Guru.
Untuk di daerah Kabupaten Karangasem, Bali. Pelinggih-pelinggihnya tentu berbeda dengan kemulan/merajan yang ada di kabupaten lainnya, misalnya Kabupaten Tabanan dan Badung.
Kemulan yang ada di Kabupaten Tabanan atau Badung tidak berisi sanggah Rong Dua sedangkan di Kabupaten Karangasem wajib men-Stanakan Rong Dua.
Disebabkan di Kabupaten Karangasem Secara purwa loka atau kuna dresta pelinggih Kemulan Rong Dua (Rong kalih) sebagai pengganti Rong Tiga.
Tujuan dan fungsinya hampir sama pemujaan kepada Dewa Hyang/Dewa Pitara (leluhur) atau Hyang Kompyang.
Pelinggih rong Dua sangat dipercaya sebagai media mendekatkan kita pada para leluhur kita [ leluhur Bapak (laki-laki) ataupun Leluhur Ibu (wanita) ].
Karena kedua beliau itulah yang amat berjasa secara nyata (sekala) dalam melahirkan dan memelihara kehidupannya sebagai manusia di dunia nyata.
Pada pelinggih Rong Kalih Bapak pada Rong Kanan dan Ibu pada Rong Kiri (Suhardana, 2011:45).
Ada sedikit perbedaan antara fungsi Kemulan Rong Dua dengan Rong Tiga,. dimana Kemulan Rong Dua tempat memuja roh leluhur yang belum mencapai kualitas Dewata, belum diaben, sedangkan,
Rong Tiga merupakan tempat pemujaan roh leluhur yang sudah mencapai tingkatan Dewata atau leluhur yang sudah pada proses pengabenan atau juga leluhur kita tersebut sudah setara posisi niskalanya dengan Bhatara Guru (Gunawan, 2012:22).
Upakara atau banten yang dipersembahkan kepada Pelinggih Rong Kalih yaitu banten Sodaan serta lengkap dengan Pesalinan atau Rerantasan putih kuning.
Kemulan yang ada di Kabupaten Tabanan atau Badung tidak berisi sanggah Rong Dua sedangkan di Kabupaten Karangasem wajib men-Stanakan Rong Dua.
Disebabkan di Kabupaten Karangasem Secara purwa loka atau kuna dresta pelinggih Kemulan Rong Dua (Rong kalih) sebagai pengganti Rong Tiga.
Tujuan dan fungsinya hampir sama pemujaan kepada Dewa Hyang/Dewa Pitara (leluhur) atau Hyang Kompyang.
Pelinggih rong Dua sangat dipercaya sebagai media mendekatkan kita pada para leluhur kita [ leluhur Bapak (laki-laki) ataupun Leluhur Ibu (wanita) ].
Karena kedua beliau itulah yang amat berjasa secara nyata (sekala) dalam melahirkan dan memelihara kehidupannya sebagai manusia di dunia nyata.
Pada pelinggih Rong Kalih Bapak pada Rong Kanan dan Ibu pada Rong Kiri (Suhardana, 2011:45).
Ada sedikit perbedaan antara fungsi Kemulan Rong Dua dengan Rong Tiga,. dimana Kemulan Rong Dua tempat memuja roh leluhur yang belum mencapai kualitas Dewata, belum diaben, sedangkan,
Rong Tiga merupakan tempat pemujaan roh leluhur yang sudah mencapai tingkatan Dewata atau leluhur yang sudah pada proses pengabenan atau juga leluhur kita tersebut sudah setara posisi niskalanya dengan Bhatara Guru (Gunawan, 2012:22).
Upakara atau banten yang dipersembahkan kepada Pelinggih Rong Kalih yaitu banten Sodaan serta lengkap dengan Pesalinan atau Rerantasan putih kuning.
Redite Umanis Wuku Ukir setelah Tumpek Landep dikenal dengan Piodalan Bhatara Hyang Guru (tergantung desa, kala dan patra).
Kita mungkin mengetahui kalau yang disebut Bhatara Hyang Guru adalah leluhur kita,. karena leluhur kita lah yang yang memberikan tuntunan hidup (sebagai guru) kepada para generasi penerusnya,. supaya kita diberikan penerangan didalam jalan hidup kita.
Dimana secara awam kita mengetahui kalau mereka melinggih di pelinggih Rong Tiga. Di piodalan Bhatara Hyang Guru inilah kita melaksanakan upacara untuk menghormati dan menghaturkan rasa syukur. dan terima kasih kita kepada para leluhur atas tuntunan mereka sebagai seorang guru sehingga kita bisa menjalankan kehidupan seperti sekarang.
Apakah cukup dengan upacara saja?
Sejatinya kita bisa menggunakan momentum ini sebagai hari untuk mengingatkan kita agar menghormati “Betara Hyang Guru” yang masih hidup yaitu orang tua kita sendiri, buatlah mereka senang dan bahagia dengan menjadi anak yang baik.
Bukan hanya nanti menunggu saat mereka meninggal baru dibikinkan upacara yang megah dan kita sembahyangi di sanggah atau merajan setelah mereka melinggih di rong tiga.
Sejatinya kita bisa menggunakan momentum ini sebagai hari untuk mengingatkan kita agar menghormati “Betara Hyang Guru” yang masih hidup yaitu orang tua kita sendiri, buatlah mereka senang dan bahagia dengan menjadi anak yang baik.
Bukan hanya nanti menunggu saat mereka meninggal baru dibikinkan upacara yang megah dan kita sembahyangi di sanggah atau merajan setelah mereka melinggih di rong tiga.
Kita juga mengenal istilah Punarbhawa atau kita biasa sebut reinkarnasi, kita percaya kalau suatu saat leluhur ataupun kita sendiri akan bereinkarnasi menjadi keturunan kita sendiri di suatu saat nanti.
Maka dari itu kalau kita sebagai orang tua,Bethara Hyang Guru itu juga bukan hanya leluhur ataupun orang tua kita yang sudah tiada ataupun yang masih hidup.
Keturunan dan calon calon keturunan kita pun adalah Bethara Hyang Guru bagi kita, kita juga patut menghormati dan memuliakan mereka sebagai pretisentana kita.
Bagaimana caranya?
Didik dan sayangi mereka agar menjadi anak yang suputra, menjadi generasi yang lebih baik, generasi yang mulia sehingga nantinya saat mereka dewasa mereka bisa menjadi manusia yang mulia dan bisa menghormati kita sebagai orang tua atau leluhur mereka nantinya, memuliakan diri mereka sendiri dan juga menghormati dan memuliakan keturunan keturunan mereka nantinya.
Maka dari itu kalau kita sebagai orang tua,Bethara Hyang Guru itu juga bukan hanya leluhur ataupun orang tua kita yang sudah tiada ataupun yang masih hidup.
Keturunan dan calon calon keturunan kita pun adalah Bethara Hyang Guru bagi kita, kita juga patut menghormati dan memuliakan mereka sebagai pretisentana kita.
Bagaimana caranya?
Didik dan sayangi mereka agar menjadi anak yang suputra, menjadi generasi yang lebih baik, generasi yang mulia sehingga nantinya saat mereka dewasa mereka bisa menjadi manusia yang mulia dan bisa menghormati kita sebagai orang tua atau leluhur mereka nantinya, memuliakan diri mereka sendiri dan juga menghormati dan memuliakan keturunan keturunan mereka nantinya.
Artikel yang berjudul Bhatara Hyang Guru dan Sanggah Kemulan ini digubah menjadi unik 100% dan tidak lupa menyertakan penerbit serta informasi referensi tambahan seperti Dikutip dari: Konsep “seputarbaliterkini dan ortibali” 2019.