Redsobek.com – Kata Byakala atau Byakaon dalam Hindu Bali dapat dibagi menjadi dua suku kata:
*** Untuk Banten Byakala Berisi Sarana Getih Celeng.

Note: Untuk anak yang belum ketus gigi tidak diperbolehkan untuk mengikuti prosesi pabyakalaan ini.

Semua prasarana pabyakalaan dipersiapakan dengan baik seperti Tirta Byakala, Tirta Prayascita, Tirta Durmanggala, Dupa (Api), Bunga (Puspam), Banten Byakala dan lainnya.
Jro mangku sebagai penganteb banten byakala atau purusa yang lebih tua dan dilakukan di halaman / pekarangan rumah.
Setelah Nganteb / ngastawa selanjutnya natab Byakala, Durmanggala dan Prayascita.
Baca Juga: Banten Byakala Sesuai Sastra.
Cara Menjalankan Sarana Byakaon / Pabyakalaan:
2. Toya Anyar (Meketis 3 kali pada punggung tangan kanan dan kiri menghadap kebawah.
3. Segau (Diusap pada tangan dan jari-jari terbalik/punggung tangan)
4. Sampat (Cara sama dengan no. 3)
5. Daun-daunan Rangkap {Dap-dap, Ambengan, Padanglepas yang diikat benang tridatu}, (Cara sama dengan no. 1)
6. Telur, (Cara sama dengan no. 1)
7. Baas Kuning di usap-usap pada tangan dan jari.
{Nasi Metajuh = untuk cowok, Nasi Metimpuh = untuk Cewek}.
Selanjutnya memutar sebanyak 3 kali berlawanan arah jarum jam, ayabang kebawah, lalu tanjung taluh sebanyak 3 kali. Penanjung telur terakhir dipecahkan.
Lanjutkan dengan meketis pada byakala, durmanggala dan prayascita;
{Ketisang dumun ring banten wau ke orangnya}
Meketis Tirta Byakala = natab / ayabang ke bawah, Setelah meketis dapat benang putih dari banten byakala, pakaikan di pergelangan tangan kanan, yang sebelumnya dijepit dahulu oleh jari-jari tangan.
M3ketis Tirta Durmanggala = natab / ayabang ke dada.
Meketis Tirta Prayascita = natab / ayabang ke atas / luhur.
N0te Untuk Galungan :
=> Pasang gantung-gantungan setelah byakala apabila ada waktu dan kondisi sedang bagus.
–> Banten pebyakalaan ini dilakukan saat sebelum (Sehari sebelum) melaksanakan rahina suci Galungan atau Sebelum Rahina Brata Penyepian (tawur kesanga).
=> Apabila alur dan tata cara pelaksaan pebyakaonan diatas belum sesuai dengan tata cara di tempat/lingkungan anda, hendaknya bisa dipakai acuan referensi saja.
INGAT saat hari raya besar agama Hindu janganlah sekali-kali bangkitkan SADRIPU anda karena, kepercayaan Hindu di Bali, SADRIPU tersebut akan kembali lagi di hari raya besar yang akan datang.
** Semua berdasarkan desa kala patra dan kebiasaan dalam setiap keluarga.
Artinya:
Apa yang dipersembahkan kepadaku, sehelai daun, setangkai bunga, setetes air, buah atau biji-bijian dengan cinta bhakti dan kesadaran yang murni, akan Ku terima.
Semoga informasi Cara/Alur “Mebyakala/Pabyakalaan” di Karangasem ini bermanfaat untuk kita semua sebagai umat sedharman dan mohon saran kritik membangun agar blog kami ini terus berkembang.
Dumogi kita semua umat sedharman rahayu! Svaha!