Cara/Alur “Mebyakala/Pabyakalaan” di Karangasem

by -1666 Views

Redsobek.com – Kata Byakala atau Byakaon dalam Hindu Bali dapat dibagi menjadi dua suku kata:

 
Baya dan Kaon
 
Baya artinya segala sesuatu malapetaka / marabahaya dan
Kaon artinya menyeimbangkan / menghilangkan. 
 
Sehingga Pengertian dariByakala / Byakaon adalah penetralisir kekuatan bhuta kala yang sifatnya negatif sehingga mencapai keseimbangan lahir dan bhatin dalam kegiatan upacara.

*** Untuk Banten Byakala Berisi Sarana Getih Celeng.
Banten Byakala
Contoh Banten Byakala
Pada Lontar Rare angon disebutkan: 
 
“Banten Byakaon inggih punika maka sarana ngicalang sekancanin pikobet-pikobet sane nenten becik, dumugi sidha galang apadang”.
….
 
Cara/Alur “Mebyakala/Pabyakalaan” di Karangasem:
 
Pertama-tama berbaris dari umur yang lebih Tua dahulu sampai umur  Terkecil dan yang menjalankan pebyakalaan adalah yang paling kecil umurnya.

Note: Untuk anak yang belum ketus gigi tidak diperbolehkan untuk mengikuti prosesi pabyakalaan ini.
Proses Byakala

Semua prasarana pabyakalaan dipersiapakan dengan baik seperti Tirta Byakala, Tirta Prayascita, Tirta Durmanggala, Dupa (Api), Bunga (Puspam), Banten Byakala dan lainnya.

Jro mangku sebagai penganteb banten byakala atau purusa yang lebih tua dan dilakukan di halaman / pekarangan rumah.

Setelah Nganteb / ngastawa selanjutnya natab Byakala, Durmanggala dan Prayascita.

Baca Juga: Banten Byakala Sesuai Sastra.


Cara Menjalankan Sarana Byakaon / Pabyakalaan:
Cara/Alur “Mebyakala/Pabyakalaan” di Karangasem
 
1. Keskes Berisi Sambuk (Diusap 3kali setiap persendian mulai dari atas kanan ke kiri: Pundak, Siku, Pergelangan tangan dan jari-jari, Lutut, Pergelangan Kaki & Jari-jarinya), nanti setelah diusap di bakar pada api takepan.

2. Toya Anyar (Meketis 3 kali pada punggung tangan kanan dan kiri menghadap kebawah.

3. Segau (Diusap pada tangan dan jari-jari terbalik/punggung tangan)

4. Sampat (Cara sama dengan no. 3)

5. Daun-daunan Rangkap {Dap-dap, Ambengan, Padanglepas yang diikat benang tridatu}, (Cara sama dengan no. 1)

6. Telur, (Cara sama dengan no. 1)

7. Baas Kuning di usap-usap pada tangan dan jari.

 
Celek (Pencet) prasarana mirip sumping, gunakan jari tengah  kiri untuk nyelek 3X, 
{Nasi Metajuh = untuk cowok, Nasi Metimpuh = untuk Cewek}.

Selanjutnya memutar sebanyak 3 kali berlawanan arah jarum jam, ayabang kebawah, lalu tanjung taluh sebanyak 3 kali. Penanjung telur terakhir dipecahkan.

Lanjutkan dengan meketis pada byakala, durmanggala dan prayascita;
{Ketisang dumun ring banten wau ke orangnya}

Meketis Tirta Byakala = natab / ayabang ke bawah, Setelah meketis dapat benang putih dari banten byakala, pakaikan di pergelangan tangan kanan, yang sebelumnya dijepit dahulu oleh jari-jari tangan.

M3ketis Tirta Durmanggalanatab / ayabang ke dada.
Meketis Tirta Prayascitanatab / ayabang ke atas / luhur.
Selanjutnya keliling rumah 3 kali (Ngrupuk) …
Banten Byakala di lebar di lebuh,
 
Note : Khusus Untuk Banten prayascita dan banten durmanggala dipakai besoknya boleh (Galungan) untuk pebersihan.
 
Setelah pebyakalaan selanjutnya sembahyang di merajan / kemulan dan selesaikan persiapan / banten-banten untuk besoknya rerahinan galungan atau penyepian (pengrupukan keliling desa).


N0te Untuk Galungan : 

=> Pasang gantung-gantungan setelah byakala apabila ada waktu dan kondisi sedang bagus.

–> Banten pebyakalaan ini dilakukan saat sebelum (Sehari sebelum) melaksanakan rahina suci Galungan atau Sebelum Rahina Brata Penyepian (tawur kesanga).

=> Apabila alur dan tata cara pelaksaan pebyakaonan diatas belum sesuai dengan tata cara di tempat/lingkungan anda, hendaknya bisa dipakai acuan referensi saja.

 INGAT saat hari raya besar agama Hindu janganlah sekali-kali bangkitkan SADRIPU anda karena, kepercayaan Hindu di Bali, SADRIPU tersebut akan kembali lagi di hari raya besar yang akan datang.

** Semua berdasarkan desa kala patra dan kebiasaan dalam setiap keluarga.

Bhagawadgita sloka 9.26
 
patram puṣpam phalam toyam
yo me bhaktyā prayacchati
tad aham bhakty-upahṛtam
aśnāmi prayatātmanaḥ


Artinya:

Apa yang dipersembahkan kepadaku, sehelai daun, setangkai bunga, setetes air, buah atau biji-bijian dengan cinta bhakti dan kesadaran yang murni, akan  Ku terima.

Semoga informasi Cara/Alur “Mebyakala/Pabyakalaan” di Karangasem ini bermanfaat untuk kita semua sebagai umat sedharman dan mohon saran kritik membangun agar blog kami ini terus berkembang.


Dumogi kita semua umat sedharman rahayu! Svaha!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No More Posts Available.

No more pages to load.