Redsobek.com – Dampak Atap Rumah Bertumpuk Hindu Bali dan Resiko Akibat yang ditimbulkan apabila rumah yang kita bangun atau tinggali bertumpuk-tumpuk satu sama yang lainnya.
Banyak kemungkinan dibangunnya rumah bertumpuk seperti itu dikarenakan lahan sempit serta minimnya informasi Kosala-kosali Bali menurut Hindu.
Banyak kemungkinan dibangunnya rumah bertumpuk seperti itu dikarenakan lahan sempit serta minimnya informasi Kosala-kosali Bali menurut Hindu.
.
Menurut lontar Kosala-kosali versi Bali akibat dari atap rumah atau dalam bahasa Bali (cap-capan rumah) apabila saling tumpuk mengakibatkan berbagai kerugian secara niskala dan sekala (nyata dan tidak nyata).
Banyak hal yang membuat rumah yang dibangun atau ditinggali bertumpuk, salah satunya yang umum yakni lahan yang terbatas dan kurang memahami asta kosala-kosali Bali.
Sayangnya, banyak yang tidak mengerti efek dari kesalahan yang dibuat. Salah satunya adalah atap rumah yang saling tumpuk. Ini adalah salah satu bentuk/jenis dari pemali.
Jika atap dua bangunan meten/tempat tidur saling tumpuk, maka akan menyebabkan sakit dada tembus punggung, kepala belakang dan pundak berat/sakit.
Efek ini dominan dirasakan oleh pihak purusa atau pihak laki-laki dari sang penghuni.
Sedangkan jika atap meten saling tumpuk dengan bangunan dapur, maka akan menyebabkan lebur merta, kowos boros, sering selisih paham antara suami dan istri, sering sakit panas dingin, anak tidak betah di rumah.
Efek ini dirasakan oleh semua penghuni rumah.
Efek ini dirasakan oleh semua penghuni rumah.
Solusinya, diakali jangan sampai saling bertumpuk-tumpuk, ilustrasinya seperti pada gambar dibawah.
Solusi Atap Rumah (Cap-capan) Bali Saling Tumpuk yang paling kami rekomendasikan adalah selalu berkonsultasi dengan ahli undagi bangunan, ahli dalam tata ruang kosala-kosali bangunan ala Bali sehingga dengan bangunan yang baik penempatan juga posisi membuat penghuni rumah harmonis, nyaman tentram dan aman.
Sebagai ulasan penempatan ruang dan kamar dalam Kosala Kosali Bali dijelaskan, misal;
Baca Juga Informasi ini:
Asal Mula Juuk Manis Karangasem Bali
Kemana Roh/Atman Manusia Setelah Mati?
Kisah Nyata Kesuksesan Blog Redsobek
Baca Juga Informasi ini:
Asal Mula Juuk Manis Karangasem Bali
Kemana Roh/Atman Manusia Setelah Mati?
Kisah Nyata Kesuksesan Blog Redsobek
Dapur, Yang berhubungan dengan api letaknya di selatan berdekatan juga dengan kamar mandi/toilet.
Tempat Sembahyang, karena berhubungan dengan menyembah akan di tempatkan di Utara/Timur tempat Gunung/matahari Terbit.
Sumur, menjadi sumber Air maka ditempatkan di Utara dimana Gunung berada begitu seterusnya.
Beberapa larangan terkait atap, misalnya atap rumah tidak disarankan tumpang tindih yang menyebabkan kucuran air hujan jatuh di atap yang lain. Hal ini dipercaya menyebabkan pamali atau sakit pada bagian badan tertentu.
Selanjutnya, ujung atap juga tidak disarankan saling beradu, yang juga bisa menyebabkan sakit pamali.
Tempat Sembahyang, karena berhubungan dengan menyembah akan di tempatkan di Utara/Timur tempat Gunung/matahari Terbit.
Sumur, menjadi sumber Air maka ditempatkan di Utara dimana Gunung berada begitu seterusnya.
Beberapa larangan terkait atap, misalnya atap rumah tidak disarankan tumpang tindih yang menyebabkan kucuran air hujan jatuh di atap yang lain. Hal ini dipercaya menyebabkan pamali atau sakit pada bagian badan tertentu.
Selanjutnya, ujung atap juga tidak disarankan saling beradu, yang juga bisa menyebabkan sakit pamali.
Ada pula kepercayaan bahwa kucuran air atap sebaiknya tetap jatuh di pekarangan, meskipun menggunakan pipa. Jika air tersebut langsung dibuang ke luar pekarangan, maka dipercaya penghuni rumah akan boros.
Oleh karena itu, sebisa mungkin diatur agar air tersebut jatuh di pekarang terlebih dahulu, barulah dialirkan ke luar pekarangan.
Karena merupakan bagian tertinggi dari rumah, maka atap dipercaya memiliki nilai kesucian tertinggi dari bagian bangunan lainnya. Oleh karena itu, saat ada tirta yang tersisa, disarankan agar menyiramkannya ke atap rumah.
Hal tersebut dipercaya akan mendatangkan manfaat positif serta secara etika sebagai penghormatan kepada Ida Bhatara yang telah menganugerahkan tirta tersebut.
Maknanya di sini, tirtha tersebut tidak dibuang percuma. Pada zaman dahulu, atap rumah masyarakat Bali menggunakan ijuk, buyuk (sejenis daun tumbuhan sagu), klangsah (daun kelapa yang dianyam), alang-alang, dan sebagainya. Alang-alang merupakan atap yang sangat diminati pada masanya.
Pada siang hari alang-alang bisa menyerap panas sehingga menyebabkan ruangan sejuk. Sedangkan pada malam hari alang-alang melepas panas, sehingga menyebabkan ruangan hangat.
Atap alang-alang juga dipercaya memiliki kekuatan magis sebagai penolak bala bagi penghuninya. Meski kini sudah mulai ditinggalkan, namun atap berbahan alang-alang masih digunakan saat upacara tertentu.
Semoga informasi Dampak Atap Rumah Bertumpuk Hindu Bali dapat menambah pemahaman anda. Rahayu!.
Referensi narasi: Asta Kosala-kosali Bali
Referensi narasi: Asta Kosala-kosali Bali