Redsobek.com – Tambra Gohmuka, Kawah Jambangan / Candra Gohmuka, yaitu Kepercayaan Hindu Bali tentang Kawah Candra Gohmuka tempat untuk menghukum roh atau arwah pendosa yang berada di Tegal Penangsaran atau Neraka loka.
Di Bali kawah ini juga disebut sebagai Kawah Jambangan karena berwujud sebuah bejana yang besar berisi lava panas mendidih (Kawah).
Di Bali kawah ini juga disebut sebagai Kawah Jambangan karena berwujud sebuah bejana yang besar berisi lava panas mendidih (Kawah).
ILUSTRASI Kawah Gohmuka |
Dikutip dari Lontar Atma Prangsangsa yang menyebutkan apabila kawah gohmuka ini berada di neraka loka atau di dasar alam semesta.
Dalam kepercayaan Hindu terdapat alam Bhur, Bvah dan Svah:
Al4m Bhur yakni alam bawah dari alam semesta ini dan dipercaya yang menghuni para butha-buthi, asura dan lainnya,
Al4m Bvah merupakan alam tengah atau alam semesta kita ini termasuk bumi, dan
Alam Svah merupakan alam teratas atau tertinggi tempat para Dewa-dewi berstana.
Untuk Alam neraka loka dikuasai oleh Sang Jogormanik dengan juru tulisnya yang bernama Sang Suratma.
Setelah manusia meninggalkan badan kasar ini dan selanjutnya atman atau rohnya akan pergi menuju alam baru, yakni alam neraka loka atau surga.
Untuk mengetahui perjalanan seorang atman menuju alam dewata atau neraka simak ulasan kami sebelumnya di Kemana Atman Manusia Setelah Mati?
Misalnya seorang atman menuju ke alam neraka loka maka pastinya akan bertemu dengan tempat yang bernama Kawah Jambangan atau Kawah Gohmuka yang fungsinya untuk merebus arwah-arwah para pendosa sebelum bereinkarnasi kembali ke dunia.
Menurut Lontar Atma Prangsangsa, Kawah Candra Gohmuka ini merupakan sebuah bejana yang sangat besar dengan airnya (lava meleleh) mendidih didalamnya berisi jutaan arwah bahkan tak terhitung jumlahnya yang semasa hidupnya selalu berbuat asubha karma (selalu berbuat jahat dalam hidup di dunia ini) dengan berperilaku yang tidak baik, arwah yang mati dengan tidak wajar seperti salahpati (kecelakaan) atau ulahpati (bunuh diri) pastinya akan direbus di kawah ini.
.
Di bawah ini kita bisa melihat dan menyimak kurang lebih bagaimana kehidupan secara Hindu pada alam kematian. setelah arwah kita meninggalkan jasad fisik ini dari dunia fana.
Karma Tiing Petung Bagi Yang tidak Memiliki Keturunan Cucu |
Kawah Gohmuka Bagi Para Pendosa Yang Selalu Berbuat Jahat di Dunia |
Pohon Curiga Karma Untuk Manusia yang Berperasangka Buruk Terhadap Orang Lain |
Titi Ugal-Agil Bagi Manusia Yang Melakukan Perbuatan Berz1na dan Selingkuh |
Begitulah kehidupan dan alam kematian ibarat mata uang bermuka dua. Sama-sama menakutkan dan mengerikan.
Dikutip juga dari Kitab Wisnu Purana, menyebutkan bahwa Kawah Gohmuka atau Kawah Jambangan ini merupakan tempat menyiksa arwah yang semasa hidupnya pernah berhubungan intim dengan saudara sendiri dan memasak binatang dalam keadaan hidup-hidup sehingga saat dimasukan ke kawah tubuh arwah tersebut akan ditumbuhi bulu hewan yang ia bunuh.
.
Dikutip dari Geguritan Bhima Swarga juga menyebutkan Sang Bima menuju neraka. untuk menyelamatkan ayahnya Sang Pandu dan Dewi Madri yang direbus pada Kawah Candra Gohmuka.
.
Sang Bima melihat Para Cingkrabala (prajurit/pasukan neraka loka) yang ukurannya jauh melebihi manusia biasa. dan berwajah sangat menyeramkan sedang menggotong arwah pendosa.
.
Kemudian dicemplungkan di kawah yang airnya mendidih,. sehingga teriakan para arwah yang tersiksa itu sangat keras memohon ampun,. tetapi sia-sia saja karena itu merupakan karma semasa hidup di dunia.
Para pasukan Cingkrabala yang bertugas menghukum arwah di Kawah Candra Gohmuka yang disebutkan dalam Geguritan Bhima Swarga adalah:
Sang Bhuta Ireng, raksasa yang sekujur tubunya berwarna hitam legam bersama
S4ng Bhuta Prungut, raksasa yang bertubuh besar, dan berwajah angker menggotong arwah pendosa untuk dicemplungkan ke kawah gohmuka.
Sang Bhuta Ode ode, raksasa dengan tubuh besar dan gemuk, kepala botak atau pelontos dengan meniup api dibawah bejana, tempat Kawah Gohmuka agar air atau lavanya selalu mendidih panas.
Demikian ulasan mengenai Kawah Jambangan / Candra Gohmuka dimaksudkan agar manusia yang masih hidup di dunia ini dan masih belum mampu berbuat baik untuk kepentingan orang banyak serta untuk Tuhan, sebaiknya mulat sarira berbuat bijak ke jalan Dharma.