Redsobek – Artikel ini ditulis dengan maksud menjawab banyaknya pertanyaan terkait perayaan Nyepi ketika itu, baik bagi masyarakat Bali yang masih memerlukan bimbingan rohani ketika itu, dan juga banyaknya pertanyaan dari masyarakat luar Bali yang penuh tanya kenapa ada tradisi Nyepi di Bali.
.
Tulisan yang dimuat di Majalah Damai tersebut mengandung nilai sangat istimewa, disamping karena mengulas Nyepi dengan sangat mendasar, yang sangat diperlukan di tengah kurang lancarnya arus informasi ketika itu.
.
Artikel ini berisi mantra-mantra sangat penting yang direkomendasi oleh I Gusti Bagus Sugriwa untuk diuncarkan dalam brata (pengendalian diri) ketika hari sipeng (Nyepi).
.
Di bawah ini dikutip sebagian kecil dari tulis IGB Sugriwa yang menjelaskan bahwa Nyepi adalah momentum sapta yoga.
.
Semua kalimat di bawah ini adalah kutipan dari tulisan Sugriwa.
“Besoknya pagi-pagi, sebelum matahari terbit, menurut hakekat penyepian itu, orang-orang tua atau orang-orang dewasa membersihkan dirinya, lalu matirtha dan kemudian makan. Persediaan makan ini disediakan tadi malamnya.
.
Demi matahari telah terbit pada saat itu telah mulai dinamai Nyepi. Sipeng, Mati geni (Mutih atau Ngebleng). Berapi-api dilarang, malamnya gelap tidak berlampu dalam rumah masing-masing.
.
Orang-orang tua atau orang-orang dewasa tadi yang menaruh minat kepada inti hakekat agama seharusnya tidak makan dan minum dalam sehari semalam. Hal ini termasuk dalam perlaksanaan brata.
.
Tetapi bagi anak-anak yang di bawah umur belum diharuskan melakukan brata, karena kemajuan badan jasmani saja masih meningkat naik, supaya jangan terhalang karenanya. Sebab itu oleh ibu-ibunya disediakannya makan minumnya untuk hari mabrata itu.
.
Pada hari itu orang-orang (baik tua maupun muda) diharuskan diam di rumahnya (di halamannya) masing-masing, tidak harus bekerja berat, memikul dan menjundjung barang-barang. Tidak diijinkan berjalan… Hal ini termasuk bagian tapa.
.
Selanjutnya melakukan penghormatan kepada Sūrya, dengan secara yoga. Maksudnya mengucapkan terima kasih kepada surya yang amat besar jasanya kepada dunia. Dan mengucap syukur kepada Tuhan (Hyang Widhi) karena Tuhan telah mengadakan Surya.
.
Selanjutnya mohon ampun kepada Tuhan atas kesalahan-kesalahan kita yang telah lalu dan yang akan datang. Untuk ini boleh memakai pikiran atau kata-kata sendiri dan boleh juga mempergunakan Weda-weda mantram juga.
.
Nyepi yang Utama/Istimewa untuk itu, misalnya:
1. Mula-mula duduk secara padmâsana, yaitu: tapak kaki kiri naikkan lebih dahulu letakkan di atas paha kanan, kemudian tapak kaki kanan naikkan dan letakkan diatas paha kiri. Badan tegak, tulang punggung lurus.
.
2. Melakukan pranayama, yaitu: memasukkan nafas pelan-pelan dari hidung kiri sampai paru-paru penuh dengan udara dengan menyebutkan mantram dalam bathin:
Oṃ ung namah
Setelah paru-paru penuh dengan udara, tahan sejurus dengan mantram:
Oṃ mang namah
Kemudian keluarkan nafas pelan-pelan dari hidung kanan dengan mantram dalam bathin:
Oṃ ang namah
.
3. Ngili atma, yaitu: Tarik Sanghyang Atma naik keubun-ubun (śiwadwara) dengan mantram dalam bathin:
Oṃ ang hrêdaya naṃaḥ
Umpamakan (rașakan) badan kasar serta malanya [kekotorannya] telah bersih hangus, mantram:
Oṃ ung rah phat astra ya namah
Sanghyang Atma tidak turut hangus dan rasakan amreta mancur dari angkasa-śiwa melalui ubun-ubun, mantram:
Oṃ hrang hring șah Parama Śiwa anmrêta ya namah. Om ang Śiwâtmane namah
.
4. Memuja Kepada Surya,
Mantramnya ada beberapa macam, boleh dipilih mempergunakannya boleh djuga semuanya, misalnya:
a.
Oṃ râdityasya paranjotih, rakta tejo namostute, śweta pangkaja madhyaste, Bhaskâra ya ‘namo namaswaha.
b.
Oṃ trang hrih sah Paramaśiwa-radtiya ya nama swaḥa.
0ṃ ṭrang hrih sah sûrya ya namah.
0ṃ trang hrih sah śiwa-sûrya paran teja swa rûpa ya naṃa swaha.
c.
Oṃ istamba meru pariwarta samasta lokam
bim badhi dewaya wajikara ya.
jambo ‘ratiwa gaganaya samasṭa metram
aṃbara bindu śaranaya mamo inaṃaste
diwyapo murtti parameśwara bhaskaranam
jyotih samudra pariraksita natha naya
bhuḥ sapta loka bhuwana netraya sarwa neṭram
aditya dewa śaranaya namo namaste
kālaya kastha rawi bhaskara baladewa
bhaktya murtti paṛiwarta suniskuṭaya
ratnaya ratna ṃani bhusita sayutaya
trailokya natha śananaya namo nameste.
.
5. Permohonan ampun ada beberapa macam (pada) juga, boleh dipergunakan salah satu diantaranya atau kesemuanya.
a.
Oṃ papo ham papo atma ham
papatma papa sambhawah
trahi mam pundarikaksa
sabahya byantara śuci
b.
Oṃ ksma swa mam Mahadewa
sarwa prani hitangkarah
mam moca sarwa papebhyo
phalaya swa sadaśiwa.
c.
Oṃ ksantawya kayika dosah
ksajitawya wacika mama
ksantwaya manasa dosah
tat pramadham ksama swa mam.
6. Malamnya melakukan yoga (sapta-yoga), untuk mencapai nirwana.
Besok paginya dinamai Ngembak-api (geni), sudah boleh menanak dan memasak ke dapur untuk persediaan makanan alabuh brata. Hanya bekerja berat masih dilarang, karena baru habis melakukan brata, yoga.
.
Demikian mantaram-mantram Rahina Nyepi di Bali ini kiranya Dilaksanakan dengan khusuk dan kidmat oleh semeton sedharman.
Oṃ tat sat, ekam swā ḍwityam Brahṃaṇ
Swastyastu nama Śiwaya.
.
Sumber Informasi:
Oleh: Sugi Lanus
Catatan Harian Sugi Lanus, 2 Maret 2022.
Tokoh besar Hindu Bali I Gusti Bagus Sugriwa menurunkan artikel relatif panjang berjudul Nyepi dalam majalah yang dipimpinnya: MADJALAH DAMAI, Tahun Ke-I, No 1, 17 Maret 1951.