Tradisi mabiukukung ini hanya dilaksanakan bagi para petani, dan dilakukan di sawah tentunya atau tepatnya pada pintu air masuk atau biasa disebut lubang air (tempat masuknyanya air utama).
Dalam istilah Bahasa Bali, terutama di Bali bagian timur, pintu masuknya air utama ke persawahan disebut dengan CAKANGAN.
Upacara mebiyukukung/mebiukukung ini sejatinya lebih tepat dikatakan sebagai ungkapan rasa syukur kita para petani atas limpahan rahmat-Nya Tuhan dalamanifestasi sebagai Dewa Sri.
Mebiyukukung merupakan salah satu bentuk rasa syukur kepada Tuhan “Ida Sang Hyang Widhi Wasa” yang bermanifestasi sebagai Dewi Sri.
.
Yang mana Beliau di percaya sebagai Dewi kemakmuran yang ada dalam tradisi masyarakat Bali khususnya yang masih memiliki persawahan,. karena upacara mebiyukukung ini di laksanakan di sawah,. tepatnya kurang lebih satu bulan sebelum masyarakat Bali memanen padinya, atau boleh pada saat beberapa hari sebelum panen tiba.
Penjor yang dipakai pada upacara mebiyukukung ini berukuran yang sedang saja, ditempatkan di depan rumah masing-masing.
.
.
Sarana dan Banten Upakara Mebiyukukungan,
Sarana dan Banten upakara mebiya kukungan terdiri Banten ajuman, banten tegteg,. Banten dapetan, dan kain Wastra yang di pasang di padi dan di Pelinggih di padi.
Narasi: Info_tampaksiring
Foto: Redrewel