Penjor dan Tradisi Budaya Hindu Bali

by -846 Views
Penjor Galungan Yang Benar
Bagian / Sarana Penjor Galungan Yang Benar

Redsobek.com – Penjor dan Tradisi Budaya Hindu Bali,. Dari berbagai narasumber dan referensi artikel ini bisa dibuat dengan mengedepankan inti Penjor sebagai tradisi Budaya Hindu di Bali.

 
Penjor sendiri adalah simbolis dari Gunung Agung atau gunung terbesar di Bali serta merupakan simbol dari Naga Basukih,. dimana Basukih berarti kesejahteraan dan kemakmuran yang memberikan keselamatan dunia secara sekala dan niskala.
 
Umat hindu khususnya di Bali biasanya ketika menyambut Hari Raya Galungan memasang penjor pada Hari Selasa Anggara wuku Dungulan. (Penampahan Galungan).
 
Memasang penjor bertujuan untuk mewujudkan rasa bakti dan sebagai ungkapan terimakasih atas kemakmuran yang diberikan oleh Ida Sang Hyang Widhi. (Tuhan).
 
Bambu yang melengkung adalah gambaran dari gunung tertinggi sebagai tempat yang suci.
 
.
Berdasarkan Lontar Tutur Dewi Tapini Menyebutkan :
 
“Ndah Ta Kita Sang Sujana Sujani, Sira Umara Yadnva, Wruha Kiteng Rumuhun, Rikedaden Dewa, Bhuta Umungguhi Ritekapi Yadnya, Dewa Mekabehan Menadya Saraning Jagat Apang Saking Dewa Mantuk Ring Widhi, Widhi Widana Ngaran Apan Sang Hyang Tri Purusa Meraga Sedaging Jagat Rat, Bhuwana Kabeh, Hyang Siwa Meraga Candra, Hyang Sadha Siwa Meraga “Windhune”, Sang Hyang Parama Siwa Nadha”.
 
Artinya,
Wahai kamu orang-orang bijaksana, yang menyelenggarakan yadnya, agar kalian mengerti proses menjadi kedewataan, maka dari itu sang Bhuta menjadi tempat/tatakan/dasar dari yadnya itu, kemudian semua Dewa menjadi sarinya dari jagat raya, agar dari dewa semua kembali kepada Hyang Widhi, widhi widhana (ritualnya) bertujuan agar sang Tri Purusa menjadi isi dari jagat raya, Hyang Siwa menjadi Bulan, Hyang Sadha Siwa menjadi windu (titik O),. sang hyang parama siwa menjadi nadha (kecek), yang mana kesemuanya ini merupakan simbol dari Ong Kara.
 
Penjor sifatnya sangat sakral dan tidak sembarang dalam pembuatannya, kecuali penjor hias yang tidak memiliki makna religi.
 
Dalam lontar Tutur Dewi Tapini juga telah disebutkan, setiap unsur pada penjor melambangkan simbol-simbol suci, yaitu sebagai berikut :

 
Bambu sebagai vibrasi kekuatan Dewa Brahma.
Kelapa sebagai simbol vibrasi Dewa Rudra.
Kain Kuning dan Janur sebagai simbol vibrasi Dewa Mahadewa.
Daun-daunan (plawa) sebagai simbol vibrasi Dewa Sangkara.
Pala bungkah dan pala gantung sebagai simbol vibrasi Dewa Wisnu.
Tebu sebagai simbol vibrasi Dewa Sambu.
Padi sebagai simbol vibrasi Dewi Sri.
Kain putih sebagai simbol vibrasi Dewa Iswara.
Sanggah sebagai simbol vibrasi Dewa Siwa.
Upakara sebagai simbol vibrasi Dewa Sadha Siwa dan Parama Siwa.
.

Informasi Tentang Galungan Bisa Baca Konten Berikut:



Penjor Galungan
Bahan dari penjor sebatang bambu yang ujungnya melengkung, dihiasi dengan janur/daun enau yang muda serta daun-daunan lainnya (plawa). 

Perlengkapan penjor Pala bungkah (umbi-umbian seperti ketela rambat), Pala Gantung (misalnya kelapa, mentimun, pisang, nanas dll), Pala Wija (seperti jagung, padi dll), jajan, serta sanggah Ardha Candra lengkap dengan sesajennya. 


Pada ujung penjor digantungkan sampiyan penjor lengkap dengan porosan dan bunga. Sanggah Penjor mempergunakan Sanggah Ardha Candra yang dibuat dari bambu,. dengan bentuk dasar persegi empat dan atapnya melengkung setengah lingkaran sehingga bentuknya menyerupai bentuk bulan sabit.
 
Penjor Hias (Dekorasi)
Bahan dari penjor hias hampir mirip dengan penjor galungan, yang membedakan adalah hiasan dari penjor hias itu sendiri lebih mewah lebih glamor sehingga kelengkapan seperti pala bungkah,. pala gantung dan lainnya tentunya tidak diprioritaskan. 
 
Sehingga penjor hias hanya menitik beratkan pada keindahan dan kemewahan dari seni penjor dan biasanya penjor hias ini dipakai pada perayaan hari-hari besar budaya atau kesenian seperti hari ulang tahun daerah,. Lomba desa atau saat perayaan pemilihan kepala daerah dan seni desa.
 
Waktu Pemasangan Penjor Upacara

1. Pemasangan penjor dilaksanakan pada hari Hari Selasa, Anggara Wage wara Dungulan (sehari sebelum Galungan) setelah menghaturkan ”Banten Penampahan Galungan (Mesoda)”.

2. Penjor dapat dicabut pada hari Redite Umanis Langkir (sehari setelah Kuningan) atau biasanya setelah Buda kliwon pegat pahang (35 Hari). Sementara itu perlengkapan seperti sampian, lamak serta perlengkapan upakara Galungan lainnya dapat dibakar. dan abunya sebagian disimpan pada kelapa gading muda yang dikasturi.

3. Pada hari Budha Kliwon Pahang (35 hari setelah Hari Raya Galungan),. abu dalam kelapa gading tersebut dilengkapi dengan sarana kawangen dan 11 uang kepeng/ logam selanjutnya ditanam di pekarangan rumah. atau dihanyutkan disertai permohonan pakukuh jiwa urip (kadirgayusan).

Mengenai Rahina Kuningan Bisa Klik Info Berikut:



Tempat Pemasangan Penjor Upacara


Penjor dipasang atau ditancapkan pada “lebuh” di depan sebelah pintu masuk pekarangan rumah. Sedangkan sanggah dan lengkungan ujung penjor menghadap ke tengah jalan.
 
Artikel ini hanya mengulas filosofi arti dan makna penjor itu harusnya seperti apa. dan akan terus dikembangkan serta direview untuk lebih lengkap lagi. Semoga saja artikel ini bermanfaat untuk kita semua. Svaha!

 

(sumber: PHDI dan Budaya Bali)

2 thoughts on “Penjor dan Tradisi Budaya Hindu Bali

  1. Sangat membantu. Blog ini dapat membantu masyarakat agama hindu untuk mempelajari tentang yadnya

  2. Sangat membantu masyarakat hindu untuk mendalami tentang yadnya, arti penjor dan lain lain. Kunjungi blog ini untuk lengkapnya. Thank you

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No More Posts Available.

No more pages to load.