Redsobek.com – Pura Ibu Adalah, Sebagai Umat Hindu Pemujaan Terhadap Leluhur Ada Beberapa Tahapan dan Hal itu tertuang dalam berbagai kitab Hindu, seperti Iti Prakerti, Siwa Gama, Putusan Bhagawan Manohari, dan Jajar Kemiri.
|
Inti daripada isi lontar tersebut yakni;
“Sesunggil karangan paumahan atau satu teritorial pekarangan rumah, berapapun kepala keluarga yang ada di dalamnya, itu wajib membangun Parihyangan yang disebut Sangar Kabuyutan yaitu Kemulan Taksu”.
Dalam Lontar Siwa Gama, 10 (sepuluh) atau lebih keluarga inti dalam satu pekarangan yang terdiri dari beberapa kepala keluarga harus membuat ikatan kekerabatan berdasarkan satu keturunan yang disebut Sanggah Gede/Merajan Agung atau disebut juga dengan istilah Merajan Pertiwi.
.
Bila nantinya kepala keluarga ini bertambah, tersebar di beberapa tempat, lalu mendirikan Sanggah Gede/Merajan Agung lebih dari satu, maka wenang ngwangun Paibon.
Bila nanti jumlah Pura Paibon bertambah minimal dua Pura Paibon, selanjutnya wajib membangun Pura Panti.
.
Pura Panti ini minimal 40 teritorial perumahan (pekarangan rumah) atau 40 Puran Merajan.
Selanjutnya setelah beberapa Pura Panti didirikan oleh satu soroh keluarga tersebut, barulah membuat Pura Dadia.
Dengan demikian, pengempon Pura Ibu, Pura Panti dan Pura Dadia pastilah satu soroh sebab berasal dari satu leluhur.
..
Tetapi di beberapa tempat di Bali atau kemungkinan banyak tempat di Indonesia berbeda soroh dengan 1 lingkup Pura Panti, Pura Paibon bisa saja terjadi.
.
Hal ini dikarenakan beberapa hal dan kejadian sewaktu itu. Misal di daerah Kubu Rubaya, Karangasem, Bali. Atau di Lingkungan Bangle, Desa Bunutan, Karangasem, Bali.
Hal ini dikarenakan beberapa hal dan kejadian sewaktu itu. Misal di daerah Kubu Rubaya, Karangasem, Bali. Atau di Lingkungan Bangle, Desa Bunutan, Karangasem, Bali.
.
Di dua tempat tersebut masih memegang teguh erat tradisi berbeda seperti keluarga/anggota keluarga yang baru menikah (pihak purusa/putra) DIWAJIBKAN membangun sanggah kemulan/Pura Kemulan sebagai simbolis anggota baru.
Di dua tempat tersebut masih memegang teguh erat tradisi berbeda seperti keluarga/anggota keluarga yang baru menikah (pihak purusa/putra) DIWAJIBKAN membangun sanggah kemulan/Pura Kemulan sebagai simbolis anggota baru.
.
Jadinya dalam satu pekarangan rumah, misal ada 3 putra yang lahir maka membuat merajan/pura Kemulan 3 pura. Akan tetapi hal ini masih menjadi perdebatan dan perbincangan karena tidak sesuai/manut terhadap ajaran ataupun konsep Mpu Kuturan dan Markandaya.
Jadinya dalam satu pekarangan rumah, misal ada 3 putra yang lahir maka membuat merajan/pura Kemulan 3 pura. Akan tetapi hal ini masih menjadi perdebatan dan perbincangan karena tidak sesuai/manut terhadap ajaran ataupun konsep Mpu Kuturan dan Markandaya.
Lalu apa sesungguhnya tujuan dari didirikannya Pura Paibon, Panti, dan Dadia itu?
.
Pura Paibon, Panti, dan Dadia itu tidak lain bertujuan untuk merekatkan persaudaraan kita dengan sesama leluhur.
Ilustrasi : Mpu Kuturan |
Penataan Pura leluhur setelah kedatangan Mpu Kuturan di Bali pada tahun 1001 Masehi mengalami perkembangan yang sangat pesat. Beliau menata kembali parahyangan mulai dari Sanggah Kemulan Rong Tiga untuk pawongan (rumah tangga),
Sanggah Pamerajan untuk beberapa rumah tangga, di mana dipuja arwah suci para leluhur yang berasal dari garis satu waris;
Lebih besar dari Sanggah Pamerajan adalah berturut-turut :
Pura Panti dan Pura Paibon, untuk penyungsungan bagi beberapa Sanggah Pamerajan,
Pur4 Dadia, untuk penyungsungan bagi beberapa Panti dan Paibon,
Pura Kawitan, untuk penyungsungan bagi beberapa Dadia.
Perbedaan status Pura-Pura tersebut ditentukan oleh :
1. Jumlah penyungsung.
2. Jumlah dan jenis Palinggih yang ada.
3. Historis (sejarah berdirinya Pura-Pura itu).
Baca Artikel Lain Yuk!;
Referensi Perbedaan Pura Dadia, Paibon, Ibu dan Panti ini kami dapat dari ;
IDA PANDITA MPU JAYA ACHARYA NANDA