Redsobek.com – Rahina Kajeng Kliwon Hindu Bali memang sangat sakral dan disucikan oleh umat Hindu terutama di Bali.
Rahina Kajeng kliwon diperingati setiap 15 hari sekali dalam kalender Bali diyakini sebagai hari yang paling keramat, berbeda dengan hari-hari suci lainnya.
Sehingga kadang kala kalau bepergian pun pada hari itu, sering mendapat peringatan dari para orang tua, bahwa lebih berhati-hati saat bepergian dan tidak bertindak sembarangan.
Karena dipercaya Kajeng Kliwon merupakan hari dimana para mahkluk halus berkeliaran mencari mangsa.
.
Dalam berbagai lontar di Bali disebutkan pada hari Kajeng Kliwon inilah merupakan hari pertemuan antara Dewi Parwati dalam wujud Durga dan Dewa Siwa dalam wujud Rudra di Setra Gandamayu dan menciptakan para bhuta kala serta mahkluk halus di dunia yang bertugas mengganggu manusia yang tidak menjalankan ajaran agama dengan benar.
.
Para Bhuta kala akan muncul pada hari ini untuk melakukan uji bhatin kepada umat yang melaksanakan kebaikan atau dharma.
.
Pemimpin para bhuta kala ini yakni ;
.
Sang Durga Bhucari (batur kalika),
S4ng Kala Bhucari (bhuta abang) dan
Sang Bhuta Bhucari (bhuta wilis)
.
Ketiga para bhuta kala ini disebut dengan Sang Tiga Bhucari yang tugasnya mengganggu para manusia yang tidak melaksanakan ajaran agama dengan benar.
.
Para mahkluk halus ini bertugas merasuki tubuh manusia yang imannya rendah atau orang yang jarang sembahyang dan membuatnya menjadi penuh amarah, bertindak kelewat batas dan sebagainya.
.
Karena itu pada saat itu saat Kajeng Kliwon masyarakat Bali menghaturkan segehan manca warna sebagai perwujudan bhakti kepada Hyang Siwa agar bisa menetralisir (Somya) Sang Tiga Bhucari beserta para mahkluk halus.
.
Dengan kata lain dari menghaturkan segehan tersebut, kita telah mengembalikan keseimbangan alam gaib dari alam bhuta menjadi alam dewa.
.
Segehan dengan nasi-nasi kepel lima warna, yaitu :
Warna Putih, Merah, Hitam, Kuning dan Berumbun serta Tetabuhannya adalah arak berem atau tuak.
.
Putih berada pada posisi Timur
Merah berada pada posisi Selatan
Hitam berada pada posisi Utara
Kuning berada pada posisi Barat
Berumbun (perpaduan warna merah putih hitam dan kuning) berada pada posisi Tengah.
.
Di bagian atas, di ambang pintu gerbang (lebuh) harus dihaturkan, canang burat wangi, dan canang yasa.
.
Semuanya itu dipersembahkan kepada Ida Sang Hyang Durgha Dewi.
.
Pada bagian bawah atau posisi lebuh (di tanah/bawah) menghaturkan segehan yang dipersembahkan kepada Sang Tiga Bhucari.
.
.
Renungan:
Semua mahkluk di dunia termasuk yg tidak terlihat adalah ciptaan Ida Sanghyang Widhi Wasa.
Semua mahkluk di dunia memiliki tugas masing-masing cuma manusia saja dengan ke-egois-annya menganggap mahkluk lain lebih rendah.
Hingga sekarang kita percaya dengan menghaturkan segehan manca warna untuk Dewa Siwa, Dewi Durga dan Sang Tiga Bhucari seperti yang di jelaskan pada narasi diatas bukan untuk sang baluan, tetapi lebih sebagai simbolis menetralisir sifat-sifat negatif secara niskala dan sekala.
.
Menurut Lontar Kala Maya Tattwa Kajeng sendiri merupakan hari prabhawanya dari Sang Hyang Durga Dewi yang merupakan perwujudan dari Ahamkara, perwujudan dari kekuatan Bhuta, Kala, dan Durga yang ada di muka bumi.
Sementara Kliwon merupakan hari prabawanya dari Sang Hyang Siwa sebagai keturunan dharma yang merupakan perwujudan dari kekuatan dewa.
Menyatukan unsur kekuatan Siwa dan Durga akan melahirkan kekuatan Dharma Wisesa, sehingga melahirkan kesedihan, kesakitan, dan kemandirian, yang selalu dikendalikan oleh kekuatan Dharma atau kebaikan.
Tiga Jenis Kajeng Kliwon:
Dikutip dari buku Kearifan Lokal Bali oleh IGNA Wijaya(2021), Kajeng Kliwon Uwudan adalah Kajeng Kliwon yang jatuh setelah terjadinya purnama.
Sedangkan Kajeng Kliwon Enyitan adalah Kajeng Kliwon yang dilaksanakan setelah bulan mati atau Tilem.
Di sisi lain, Kajeng Kliwon Pamelastali adalah Kajeng Kliwon yang dilaksanakan setiap hari Minggu pada Wuku Watugunung dan dilaksanakan setiap enam bulan sekali.
Kajeng Kliwon diperingati sebagai hari turunnya para bhuta untuk mencari orang yang tidak melaksanakan dharma agama. Pada hari tersebut para bhuta muncul untuk menilai manusia yang melaksanakan kebaikan atau dharma.
Terus kenapa pemagpag kajeng kliwon identik dengan leak?
Sebab setiap pemagpag kajeng kliwon para desti atau penekun ilmu leak akan berkumpul dan pasti mengadakan ritual dengna aura sekeliling rapat leak tersebut sangat angker (tenget).
Rerainan atau hari suci kajeng kliwon, setelah melaksanakan Puja Bhakti,. maupun persembahyangan, merupakan waktu atau momentum baik untuk mulat sarira (merenung ke dalam diri) tentangg sifat dan sikap diri kita apakah Sudah daiwi sampat atau diselimuti asuri sampat.
Tentu pada hari kajeng kliwon memohon kekuatan kepada Ida Sang Hyang Widhin Wasa untuk senantiasa memiliki sifat-sifat Dan sikap kedewataan yang penuh Kasih sayang,. cinta kasih, rendah hati, jujur, memegang teguh kebenaran, gigih, ulet, tekun, disiplin dan toleransi.
Kekuatan daiwi sampat ini semoga diturunkan kepada kita Dan senantiasa kita jayanthi untuk melaksanakan ajaran Weda.
.
Narasi: Informasi Rahina Kajeng Kliwon Hindu Bali ini berasal dari calonarangtaksu
Rahayu!
Post Views: 938