Redsobek.com – Dalam Lontar Siwagama, Tuhan Sanghyang Acintya disebutkan berwujud bayangan tanpa batas karena kesempurnaannya, tanpa jenis kelamin.
Di dalam Lontar tersebut dinyatakan wujud manusia tanpa jenis kelamin melambangkan salah satu sifat Tuhan adalah Ardhanareswari (Tidak laki juga tidak perempuan).

Ada digambarkan berdiri dua kaki melambangkan Rwa Bhineda, yaitu Purusa dan Pradana. Ada pula berdiri dengan satu kaki atau Ngekapada melambangkan bahwa Tuhan itu sudah Sadguna Brahman, dimana purusa telah menggerakkan predana.
Pertemuan purusa dan predana inilah menimbulkan ciptaan kemahakuasaan Tuhan dan tak terpikirkan,”
Dalam Lontar Raja Bhairawa, Sang Hyang Acintya disamakan dengan Sang Hyang Iswara. Demikian pula dalam lontar lainnya ada disamakan dengan Dewa Siwa.
Sedangkan penggunaan lambang Acintya menskalakan niskala dan penggambaran Tuhan Yang Maha Esa tiada lain adalah sarana untuk berkomunikasi dengan Tuhan (dengan cara memahami kemahakuasaan-Nya).
Lambang Acintya ini menyatukan sekte-sekte yang pada awalnya ada di Bali. “Karena lambang tersebut merupakan penyatuan, Sang Hyang Acintya yang disebut juga Sang Hyang Tunggal.
Sang Hyang Tunggal menggambarkan Tuhan Yang Maha Esa tidak ada yang kedua.
.
=> Cara Melihat Tuhan Itu Ada Disini
=> Penyebab Manusia Tidak Bisa Melihat Dewa (Tuhan) ?
.
MENYEMBAH PATUNG ?
Ini adalah pertanyaan dari sekian banyak pertanyaan yang sering dilontarkan oleh saudara-saudari kita yang non hindu dan belum/tidak memahaminya.
Mereka melihat umat hindu sembahyang di depan padmasana, sembahyang di depan arca/patung-patung Dewa/Tuhan, melihat tempat sembahnyang umat hindu dihiasi dengan berbagai ukiran binatang.
Apa benar Hindu pemuja binatang, berhala dan menyekutukan Tuhan?.
Diluar dari itu, kita semua pernah melakukan upacara bendera, Terlepas apapun suku, agama dan kedudukannya setiap orang melakukan penghormatan pada bendera dan diiringi dengan lagu kebangsaan.
Pertanyaannya, kenapa mereka semua menghormati sebuah kain ?
Kita hormat kepada bendera sebagai wujud penghormatan kita pada bangsa dan negara yang abstrak, sama sekali bukan karena kita memberhalakan kain yang dibentuk sedemikian rupa menjadi bendera tersebut.
Sementara patung adalah hasil imajinasi dari pikiran manusia dan lahir karena kekayaan, ketajaman, dan kejelian imajinasi. Selain itu untuk memahami sesuatu yang abstrak perlu dikonkritkan.
Tuhan adalah sesuatu yang abstrak yang tak bisa digambarkan oleh siapapun. Dengan keterbatasan manusia sehingga dengan seni dibuatlah simbol atau media untuk memusatkan diri pada Tuhan salah satunya berupa patung.
Akan tetapi umat Hindu tidaklah memuja patung yang dibuat, melainkan hanya sebagai media untuk meyakini keberadaan Tuhan yg dimana adalah seni itu sendiri, dan dalam melakukan pemujaan umat Hindu tidak memusatkan diri pada patung melainkan pada Tuhan.
Berbagai Rupa dan Nama muncul dari pikiran,
Menempatkan energi Ilahi pada wujud patung,
Sebagai tindakan nyata bhakti pada Tuhan,
Menuju penyatuan melalui unsur cipataan-Nya.
Dapat disimpulkan jika Tuhan Sanghyang Acintya ini tak berbentuk, tanpa batas dan tidak bisa dijangkau apapun, dia berada dimana-mana.
Narasi dan Foto: Bayu_Ivander